Asyik.. Sekarang ada Tusuk Gigi Pendeteksi Boraks Kreasi Remaja Indonesia!

Suka Resep Ini? Share Yuk!



Ini baru remaja jempolan. Berawal dari hobi jajan namun khawatir akan kandungan borax di dalamnya, dua remaja ini menciptakan detektor praktis untuk mengetahui kandungan borax dalam aneka panganan. Bagaimana menggunakannya?

Telah ramai diberitakan bahwa aneka jajanan di sekitar kita banyak yang mengandung boraks agar lebih awet dan putih. Seperti dalam video "Awas Kerupuk Putih karena Boraks",  "Pecel Mengandung Borax". dan yang pasti lebih banyak ditemui, "Bakso dengan Boraks"

Awalnya Lutfia Adilla (17) merasa khawatir dengan kandungan boraks pada jajanan di pinggir jalan, padahal sebagaimana anak remaja lainnya, ia senang menyantap jajanan-jajanan tersebut. Adillapun menyampaikan kegalauannya pada sahabatnya Dayu Laras Wening (17). Ternyata keduanya merasakan kekhawatiran yang sama. Merekapun memikirkan alat yang bisa mendeteksi kandungan boraks sebelum membeli jajanan.

Detektor boraks yang ada saat ini harganya cukup mahal, tak sebanding dengan harga makanannya. Selain itu, kalau kita menggunakan detektor yang biasa kurang praktis karena pedagang pasti akan tersinggung karena produknya dites kimia.

Lalu mereka berduapun terus mencari ramuan kimia yang pas untuk mendeteksi boraks. Setelah menemukan ramuan tersebut, merekapun mencari alat apa yang pas sebagai detektor sampai akhirnya mereka terpikir untuk membuat tusuk gigi. Di tahap akhir mereka mencari cara untuk melapiskan ramuan tersebut ke tusuk gigi.

"Kami berfikir, tusuk gigi kecil, mudah dibawa-bawa dan kalau ditusuk ke makanan sebelum dibeli tidak mudah ketahuan penjualnya," Kata Dilla sambil terkekeh.

Saat menginjak kelas XI, mereka berhasil menemukan detektor boraks yang diimpikan. Mereka menamainya sibodec, akronim dari stick of boraks detector. Bentuk sibodec sama dengan tusuk gigi biasa, hanya warnanya lebih kuning. Cara menggunakannya sangat sederhana. Cukup tusukkan ke makanan selama lima detik, lalu perhatikan, bila warna tusuk gigi perlahan memerah, berarti ada boraks dalam makanan tersebut.

BPOM telah membuat aturan bahwa kandungan boraks yang diperbolehkan dalam makanan adalah 0% atau dilarang sama sekali. Jadi, tanda merah saja sudah cukup memberi informasi. Praktis sekali, kan!

Sudah sepantasnya kreasi dua remaja siswi SMA 3 Semarang ini menyabet medali emas dalam  Internasional Exhibition for Young Inventor (IEYI) 2014 yang pada 30 Oktober-1 November ini diselenggarakan di Indonesia. Dengan rendah hati, mereka mengatakan tidak menyangka akan menang, apalagi mereka hanya punya waktu 3 pekan untuk mempersiapkan poster, banner, dan sampel.

Ada cerita unik saat mempersiapkan presentasi pada lomba tersebut. Dalam waktu singkat dan dana terbatas, mereka harus memproduksi 750 tusuk gigi “ajaib” itu, sekaligus mengemasnya secara manual. Tusuk gigi dibungkus plastik, lalu dibungkus lagi dengan kertas. Per kantong kertas berisi dua Sibodec. Dila dan Wening bingung, bagaimana membuat kemasan kertas yang bagus. Mereka melacak di mana membeli alat pengepres kertas pembungkus. ’’Waduh! Harga alat pengepresnya mahal, Rp 75 juta.

Akhirnya kami lem saja, harga lem paling Rp 7.500,’’ ujar Dila disusul tawa. Lagi-lagi mereka menunjukkan ide kreatifnya. Dila sering pulang malam karena harus menyiapkan keperluan kompetisi di rumah Wening yang lebih dekat dengan sekolah. Padahal, jarak dari rumah Dilla ke sekolah cukup jauh yakni sekitar 18 km. Begitulah perjuangan hebat dua remaja muda Indonesia.

Dilla dan Wening bangga bisa menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Internasional. Ternyata, masalah makanan yang mengandung boraks tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negeri-negeri lain seperti Hongkong dan Australia. Padahal peruntukan boraks awalnya adalah untuk pemutih pakaian di industri binatu.

Dilla dan Wening, kita tunggu Tusuk Gigi "Ajaib" kalian dijual di pasaran ya :)

Suka Resep Ini? Share Yuk!